Anggap saja, badai kritik dan keraguan kepada Antasari adalah cermin harapan tinggi pemberantasan korupsi. Dulu, ketika Taufiequrachman Ruki dkk dipilih, kritik dan sinisme serupa juga terjadi. Maklum, sering badan-badan antikorupsi tak efektif. Beberapa kali Indonesia membentuk komisi serupa, tapi mengecewakan. Tapi, toh, Ruki dkk bisa menunjukkan kinerja cukup membesarkan hati. Bolehlah Ruki dkk dinilai 75, lulus cukup memuaskan. Sepanjang sejarah Indonesia, baru kali ini ada upaya pemberantasan korupsi yang serius dan tegas.
Selain KPK, instansi lain, yakni kejaksaan dan kepolisian, juga turut bersemangat bekerja memberantas korupsi. Hasilnya memang tidak segegap gempita KPK. Tapi, persaingan ini baik. Semoga saja, tumbuhnya semangat di instansi-instansi hukum untuk menumpas korupsi itu juga diikuti profesionalitas. Dengan begitu, tuduhan pilih kasih atau tebang pilih bisa dihindarkan.
(Istilah "tebang pilih" sebenarnya bermakna positif karena merupakan kebijakan untuk menebang pohon-pohon di hutan secara terpilih sehingga kelestarian hutan terjaga. Tapi, ketika dikenakan kepada korupsi, istilah itu "terkorup" juga).
Di tengah upaya meneruskan penindakan perlu diingat bahwa salah satu aspek langkah antikorupsi adalah "perjuangan antara ingat melawan lupa". Karena begitu banyaknya kasus korupsi, seolah-olah kini perkara korupsi makin dianggap biasa. Kita tak mampu mencerap informasi yang sangat banyak dalam pemberantasan korupsi dari Sabang sampai Merauke. Dengan makin banyaknya perkara korupsi, ketertarikan kita kepada kasus korupsi juga bisa mengendur. Tentu, sikap "lupa" itu kurang mendukung upaya memerangi korupsi.
Salah satu alat perjuangan melawan "lupa" adalah museum korupsi. Segala hal terkait dengan penindakan korupsi seharusnya terdokumentasi dan ter-display dengan baik. Museum korupsi bisa memberikan aspek pengingat "abadi" dalam pemberantasan korupsi. Pengabadian itu bisa memberikan sanksi penjara tambahan kepada siapa pun yang akan bertindak korup. Bagi penegak hukum, pemuseuman perjuangan mereka juga akan menambah semangat. Tak kalah heroiknya dengan adegan-adegan dalam museum perang. Dan, bagi masyarakat, akan menjadi isyarat bahwa perbuatan korupsi itu tak bisa ditoleransi dan bisa berkonsekuensi abadi di museum.
Bila pengabadian dan pendokumentasian yang digarap khusus tidak dilakukan, bisa jadi akan terjadi simpang siur sejarah pemberantasan korupsi kita. Kita sudah cukup kenyang dengan simpang siur sejarah politik bangsa kita. Sampai-sampai tafsir siapa pahlawan, siapa pengkhianat bisa dikaburkan sesuai dengan kepentingan sendiri. Ingat, dokumen sepenting Supersemar pun hilang. Meskipun ada kecurigaan sengaja dihilangkan, yang jelas itu bisa terjadi karena tak ada pendokumentasian yang baik.
Siapa pun bisa mewujudkan museum korupsi. Apalagi, KPK bisa dimasukkan ke bagian edukasi antikorupsi kepada masyarakat. Seperti diketahui, KPK tak hanya bertugas menindak korupsi, tapi juga mengampanyekan gaya hidup bebas korupsi.
Museum merupakan tempat yang tepat karena bisa dikunjungi siapa saja. Baik orang umum, para siswa, mahasiswa, periset, tamu asing, wartawan, maupun peminat lainnya. Pewujudan museum korupsi itu bisa lebih efektif daripada gagasan kurikulum antikorupsi di sekolah. Kurikulum siswa kita sudah sangat berat. Mengunjungi museum korupsi ada aspek rekreatifnya. Setara dengan melihat tulang belulang monyet atau kadal purba di museum sejarah alam. Bedanya, museum korupsi memberikan pelajaran moral, sedangkan museum alam memberikan pengetahuan alamiah.
Kalau museum korupsi tersebut terwujud, bisa jadi itu yang pertama di dunia. Ketika saya mencari museum khusus korupsi di internet, tidak ketemu. Di Tiongkok yang paling getol memberantas korupsi juga belum ada. Kalau korupsi di museum, tak hanya terjadi di Indonesia (kasus dugaan pemalsuan patung). Di Taiwan juga pernah terjadi, namun manipulasi harga dalam konstruksi museum.
Di Tiongkok, langkah tambahan setelah penindakan yang dilakukan barulah melelang barang-barang koruptor secara berkala. Biasanya, itu terdiri atas barang-barang mewah, berupa perhiasan dari emas, intan, atau batu mulia. Tak hanya barang koruptor yang dilelang, tapi juga milik istri, suami, atau "simpanan"-nya.
Sebagai bangsa yang berkali-kali dinilai termasuk terkorup di seluruh dunia, layaklah kita menjadi pelopor pendirian museum korupsi. Setidaknya dari segi bahan apa yang akan ditempatkan di museum itu, kita pasti tak akan kekurangan. Saking banyaknya, bisa saja museum korupsi didirikan di Jakarta dan juga di daerah-daerah. Itu bisa mulai dirintis pada 2008. Jangan menunggu perkara korupsi kian menggunung dan merepotkan pendokumentasiannya.
Apa saja yang akan ditempatkan di museum itu, tentu saja, ada "pahlawan" dan "penjahat". Pahlawannya adalah penegak hukum atau politisi bersih, seperti Mohammad Hatta atau Baharuddin Lopa. Penjahatnya adalah para koruptor. Agar tidak kontroversial, mereka yang foto atau patungnya dipajang di sana adalah yang sudah divonis bersalah. Jadi, ada peluang para kepala daerah dan pejabat yang ternyata menjadi aktor utama korupsi 2007 (Jawa Pos, 29/12) masuk ke sana. Atau, bisa juga dibeberkan kasus-kasus yang divonis bebas agar juga menjadi pelajaran bagi generasi penerus penegak hukum.
Tiap kasus yang menimpa koruptor dilengkapi dengan deskripsi kasus dan, kalau perlu, contoh barang-barang yang dikorup. Ada foto rumah mewah hasil korupsi, ember tempat menaruh uang jutaan dalam kasus Bulog, ada foto terdakwa mengantuk saat divonis, deretan foto-foto kepala daerah yang masuk bui, ada ekspresi koruptor saat terjebak rekaman KPK, dan semacamnya. Alangkah kuat pesan antikorupsi yang disampaikan dengan display tersebut?
Museum korupsi adalah bagian dari museum sejarah perjuangan bangsa melawan kanker jahat dalam diri sendiri.***
My Blog | My Friend`s Blog | My Review Blog
My Updates Blog Everyday
Info Handphone | Info Tentang Internet | Kumpulan Artikel Motivasi | Kumpulan Humor
No comments:
Post a Comment