Saturday, 22 December 2007

37 Bukti Cinta Ultah buat Mama

Pagi yang cerah mengawali hari ini, hari Sabtu di Kota Pahlawan. Matahari bersinar dengan terik, mengisi kekosongan langit biru yang menyinari Kota Surabaya. Semua orang terlihat bersemangat pagi ini, seakan energi mereka terisi penuh untuk melakukan berbagai aktivitas. Tetapi tidak dengan Rama. Sejak terbangun dari tidur, sebuah kebingungan yang mendalam terus bersemayam di dalam kepalanya.



Rama adalah anak tunggal dari sebuah keluarga yang sederhana. Ayahnya telah lama meninggal karena sebuah kecelakaan kereta api. Kini, dia hanya tinggal berdua saja dengan mamanya di sebuah perumahan di Kota Surabaya. Sejak papanya meninggal, kondisi perekonomian mereka memburuk. Untung saja mama Rama masih memiliki pekerjaan, walaupun hanya sebagai guru di sebuah taman kanak-kanak.

Hari ini adalah hari Sabtu, 2 Februari. Hari ulang tahun mamanya. Rama bingung harus memberikan hadiah apa. Ternyata, inilah masalah Rama. Tiba-tiba saja terdengar langkah kaki mendekat menuju kamarnya. Kemudian, terdengar ketukan di pintu kamar Rama. "Ram, ayo bangun, sudah siang. Memangnya hari ini kamu nggak sekolah?" tanya sang mama sambil terus mengetuk pintu kamar dan menunggu jawaban. "Iya, Ma. Rama udah bangun!" sahut Rama.

Tak lama setelah itu terdengar langkah kaki mama Rama yang menjauhi kamar putranya. "Kayaknya Mama lupa kalau hari ini ulang tahun," kata Rama dalam hati. Maklum saja jika mama Rama tidak ingat hari ulang tahunnya. Sebab, setiap hari dia selalu dipusingkan dengan pekerjaan. Apalagi, mama Rama harus berperan sebagai single parent. Hal tersebut tentu sangat membebani pikirannya. Termotivasi dari hal itulah Rama ingin memberikan kejutan di hari ulang tahun mamanya, hitung-hitung sebagai ungkapan terima kasih atas segala kasih sayang sang mama..

Rama pun bergegas mandi dan mengganti baju tidur dengan seragam sekolah. Kemudian, dia bergegas menuju meja makan. "Ayo cepat, dimakan nasi gorengnya. Kalau udah dingin nggak enak!" kata mama Rama "Iya, Ma, ini kan makanan kesukaan Rama. Jadi, pasti Rama abisin," jawab Rama.

Jam dinding menunjukkan pukul 06.30. Rama dan mamanya telah menyelesaikan sarapan pagi mereka. Lalu, keduanya bergegas pergi. Rama pergi ke sekolah, sedangkan mamanya pergi bekerja. Sebelum melangkahkan kaki ke luar rumah, Rama terlebih dahulu berpamitan dengan sang mama. Begitulah kesibukan Rama dan mamanya setiap pagi, kecuali pada hari libur.

Dalam berjalan menuju sekolahnya, Rama kembali teringat akan masalah yang telah memusingkan kepalanya sejak tadi pagi. Tepatnya, Rama masih belum menemukan hadiah yang cocok untuk diberikan kepada mamanya. Di kelas pun dia lebih sering melamun daripada memperhatikan setiap pelajaran.

Kring... kring... kring.... Bel sekolah berbunyi keras memberikan isyarat kepada siswa yang berada dalam kelas bahwa pelajaran telah berakhir. Seluruh murid pun berhamburan ke luar kelas, tak terkecuali Rama. Tetapi, ada yang berubah. Raut wajah Rama yang tadinya diliputi kebingungan kini berubah riang. Ternyata, Rama telah menemukan sebuah hadiah yang cocok untuk diberikan kepada mamanya.

Dia pun bergegas pulang. Sesampai di rumah, ternyata mamanya belum datang. Hal ini pun dimanfaatkan oleh Rama untuk menyiapkan kejutan bagi mamanya. Tak lama setelah kejutan itu telah selesai, Rama membawanya ke taman kanak-kanak tempat mamanya bekerja. Dia langsung menuju ke kelas di mana mamanya mengajar. Diketuknya pintu kelas yang tertutup itu. Seketika itu juga, pintu terbuka. Alangkah terkejutnya mama Rama ketika melihat orang yang ada di balik pintu itu adalah putranya, Rama. Untuk beberapa saat, suasana kelas menjadi sunyi.

Rama datang dengan membawa sebuah kue tar besar dengan banyak hiasan yang terbuat dari cokelat. Di atas kue tar itu terdapat tiga puluh lima buah lilin kecil berwarna-warni. Lilin-lilin kecil itu mengelilingi dua lilin lain yang berukuran lebih besar dan berada di tengah kue tar itu.

"Ma, selamat ulang tahun ke-37, ya! Semoga panjang umur dan tetap sabar ngurusin Rama," ucap Rama. "Iya sayang, makasih ya!" balas mamanya sambil meneteskan air mata haru. "Tiga puluh lima lilin kecil ini mewakili cinta tiga puluh lima murid mama di kelas ini. Sedangkan dua lilin yang ada di tengah mewakili cinta papa dan Rama. Meskipun papa tidak dapat hadir di sini, Rama yakin kalau papa sudah memberikan doa sekaligus ucapan selamat buat Mama dari atas sana," kata Rama. "Jadi, Mama dapat hadiah 37 cinta di usia 37 tahun ini," tambah Rama. Sang Mama hanya bisa tersenyum dengan mata berkaca-kaca tanpa mengeluarkan kata-kata dan segera memeluk putranya. Sang Mama pun tersadar jika putra kecilnya kini telah tumbuh dewasa.





My Blog | My Friend`s Blog | My Review Blog

My Updates Blog Everyday
Info Handphone | Info Tentang Internet | Kumpulan Artikel Motivasi | Kumpulan Humor

No comments:

Post a Comment

Pages